Materi Sejarah Kelas XII Semester 1 Bab 3
Materi Sejarah Kelas XII Semester 1
BAB 3
Sistem dan Struktur Ekonomi Masa Demokrasi Parlementer
SISTEM
PEMERINTAHAN
Tahun 1950, sistem pemerintahan di Indonesia adalah Presidensial dan
Parlementer
Sistem pemerintahan Indonesia menurut UUDS 1950 adalah Parlementer
Pada Era ini disebut Demokrasi Liberal
Ciri demokrasi Liberal adalah sering berganti-ganti kabinet
Kabinet pada masa
Demokrasi Liberal
·
Kabinet Natsir
·
Kabinet Sukiman
·
Kabinet Wilopo
·
Kabinet Ali Sastroamidjoyo I
·
Kabinet Burhanudin Harahap
·
Kabinet Ali Sastroamidjoyo II
·
Kabinet Djuanda
Kabinet Natsir
Ini dari partai Masyumi
Melibatkan banyak orang
Tidak melibatkan partai oposisi (PNI, PKI, dan Murba)
Masalah yang terjadi : Mosi tidak percaya dari Hadikusumo (PNI) dia
menuntut agar pemilihan anggota DPRD karena lebih menguntungkan Masyumi
Jatuhnya Kabinet : karena mosi tidak percaya tersebut di setujui oleh
anggota parlemen, maka kabinet ini jatuh
KABINET SUKIMAN
Dari Partai Masyumi
Kabinet ini melibatkan PNI
Kabinet ini merealisasi program politik masing-masing, contohnya:
anggota PNI merekrut anggota PNI, begitu juga dengan masyumi
Masalah yang terjadi : mosi tidak percaya dari Sunarjo (PNI) tentang
penandatangan Mutual Security Act (Ahmad Subardjo dan Merle Cochran) ini melanggar
Politik Luar Negeri Indonesia
KABINET WILOPO
Mendapat dukungan luas dari PSI dan PSII
Tugasnya : menjalankan persiapan pemilu
Masalah yang terjadi : krisis ekonomi, jatuhnya harga barang eksport,
impor meningkat, pemogokan, dan peristiwa 17 Oktober 1952
Jatuhnya kabinet : masalah Tanjung Morawa
KABINET ALI
SASTROAMIDJOYO I
Tujuan : menyelenggarakan pemilu (tidak berhasil)
Kesuksesan : menyelenggarakan KAA April 1955
Masalah yang muncul : masalah pimpinan TNI-AD (masih peristiwa 17 Oktober
1952)
KABINET
BURHANUDIN HARAHAP
Tugas : menyelenggarakan pemilu dan berhasil
Kesuksesan : menyelesaikan masalah TNI-AD (diangkatnya kembali Nasution
sebagai KSAD)
Setelah pemilu justru hubungan Sukarno-Hatta renggang, dan menyebabkan
Hatta mengundurkan diri menjadi Wapres
Pergolakan politik memburuk karena sukarno mengeluarkan pernyataan
bahwa di Indonesia perlu diterapkan Demokrasi Terpimpin tetapi ditentang
Setelah pemilu, Sukarno menunjuk PNI, dan PNI menunjuk Ali dan Wilopo
Akhirnya Sukarno menunjuk Ali sebagai perdana menteri untuk kabinet
pengganti
Ali memilih kabinet koalisi yaitu PNI, Masyumi dan NU tanpa PKI
KABINET ALI
SASTROAMIDJOYO II
Rencana 5 tahun : Irian Barat, Otonomi daerah, perbaikan buruh, dan
perbaikan ekonomi
Masalah yang terjadi :
·
Gagal memaksa Belanda menyerahkan Irian Barat
·
Anti Cina
·
Sikap kritis daerah terhadap pusat
·
Muncul gerakan separatisme di daerah-daerah
Sukarno mengatakan Demokrasi Liberal tidak cocok diterapkan di
Indonesia karena terjadi banyak masalah
Akhirnya Sukarno menunjuk dirinya sebagai Formatur untuk membentuk
kabinet ekstraparlementer dan berhasil mendirikan kabinet Karya (Djuanda
sebagai PM, karena dia tidak berpartai)
KABINET DJUANDA
Disebut zaken kabinet
Panca karya kabinet Djuanda :
1.
Membentuk Dewan
2.
Normalisasi Keadaan Politik
3.
Melancarkan Pembatalan KMB
4.
Perjuangan Irian Barat
5.
Pembangunan
Pada demokrasi ini, Indonesia mendapatkan deklarasi Djuanda
SISTEM KEPARTAIAN
Parpol : kelompok terorganisir yang anggotanya mempunyai cita-cita yang
sama
Tujuan Parpol : mmeperoleh kekuasaan secara konstitusional
Sukarno pernah membentuk PNI sebagai partai tunggal tetapi gagal
Sampai akhirnya muncul parpol-parpol seperti Masyumi, PNI, PSI, PKI,
PBI, PRJ, Parkindo, PRS, Permai, PKRI
Karena pada masa demokrasi liberal terjadi multipartai dan sering
berganti kabinet, maka Sukarno menginginkan Indonesia menganut Demokrasi
Terpimpin
Pemilu 1955
Pemilu pertama terjadi tahun 1955
Pemilu pertama terjadi 2 tahap, yaitu :
·
29 September 1955 memilih anggota Parlemen
·
15 Desember 1955 memilih anggota Konstituante
Pemilu pertama tahun 1955 merupakan tonggak demokrasi pertama di
Indonesia
Pemilu pertama terdapat 100 partai besar dan kecil untuk anggota DPR
dan 82 partai besar dan kecil untuk konstituante
Hasil pemilu pertama tahun 1955 untuk pemilihan anggota DPR:
·
PNI 57 kursi
·
Masyumi 57 Kursi
·
NU 45 Kursi
·
PKI 39 kursi
Pemilu pertama menghasilkan anggota DPR sebanyak 250
Hasil pemilu untuk anggota Konstituante:
·
PNI 119
·
Masyumi 112
·
NU 91
·
PKI 80
Dalam sidang Konstituante berhasil menyelesaikan rancangan UUD tetapi
tidak berhasil merumuskan dasar negara
Pada pembentukan Dasar Negara ada 3 usulan, yaitu:
1.
PNI, PKRI, Permai, Parkindo, Baperki
mengusulkan Pancasila
2.
Masyumi, NU, PSII mengusulkan Dasar Negara
Islam
3.
Murba, Partai Buruh mengusulkan dasar negara
sosial-ekonomi
Usulan pendukung islam (memasukkan nilai-nilai islam seperti pada
piagam jakarta untuk pembukaan UUD yang baru, tetapi usulannya di tolak)
Karena konstituante tidak bisa menyelesaikan masalah maka sukarno
mengusulkan Indonesia kembali ke UUD 1945
Konstituante mengadakan musyawarah tetapi tidak berhasil
Nasution akhirnya melarang sementara semua kegiatan politik dan menunda
semua sidang
Alternatif sukarno bersama Dewan Nasional, MA dan pimpinan Angkatan
perang menghasilkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, yang isinya:
1.
Menetapkan pembubaran Konstituante
2.
Pembentukan MPRS dan DPAS
3.
Berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak
berlakunya kembali UUDS 1950
SISTEM EKONOMI
NASIONAL
Ekonomi Indonesia sudah teradopsi kearah ekonomi kolonial
Oleh karena itu, perekonomian Indonesia perlu ada perubahan yang
tadinya berkiblat ke kolonial menjadi ekonomi Nasional (pada Kabinet Natsir,
tetapi susah pelaksanaannya)
Akibat perekonomian kolonial, di Indonesia banyak dikuasai oleh
perusahaan asing dan dikuasai Cina sebagai penggerak ekonomi
Muncul ide dari Soemitro Djojohadikusumo agar ekonomi Indonesia menajdi
Ekonomi Nasional yaitu dengan : memberikan modal terhadap pengusaha pribumi
yang bermodal kecil dengan memberikan bantuan kredit ( untuk menuju kearah
ekonomi nasional Indonesia membutuhkan pengusaha pribumi)
Plan Sumitro di wujudkan dengan nama Program Benteng (mencadangkan
barang-barang Impor, memberi kesempatan pedagang pribumi untuk membangun modal,
menumbuhkan semangat pribumi agar siap bersaing dengang pengusaha Cina dan
Asing)
Hambatan Program benteng:
1.
Yang menerima Lisensi orang yang dekat dengan
birokrat
2.
Penjualan Lisensi Impor (keturunan Cina)
3.
Perusahaan milik Cina di daftarkan dengan nama
orang Indonesia (Indonesia hanya sebagai alat, yang menjalankan Cina)
Dari hambatan tersebut muncullah Program Ali-Baba
Gerakan Asaat (melindungi orang Indonesia dalam persaingan dengan asing
dan Cina)
Dukungan pemerintah pada program Asaat : memberikan Lisensi khusus pada
pengusaha pribumi
Dampak negatif asaat : yang tidak suka dengan Cina, merusak toko-toko
milik orang Cina
Gunting Syafrudin (memotong nilai mata uang yang nilai nominalnya
diatas 2,50 menjadi setengahnya)
Program pembangunan 5 tahun (mendorong munculnya indistri besar,
munculnya perusahaan untuk kepentingan umum dan Jasa
Nasionalisasi Perusahaan Asing (perusahaan asing dicabut dan diganti
dengan perusahaan RI)
Karena janji belanda akan mengembalikan Irian Barat tak kunjung di
tepati maka RI melakukan langkah pengambilalihan, penyitaan dan penguasaan
kemudia perusahaan yang diambil alih langsung di nasionalisasikan
Sistem Ekonomi
Liberal
Setelah pengakuan kedaulatan, Indonesia terbebani utang (baik utang LN
maupun dalam negeri)
Permasalahan Indonesia ada 2 yaitu jangka panjang (penambahan jumlah
penduduk dan kesejahteraan penduduk yang rendah), kemudian masalah jangka
pendek (Inflasi dan biaya hidup)
Tahun 1951, pendapatan pemerintah berkurang karena:
1.
Tidak ada hasil ekspor (ekspor hanya
mengandalkan perkebunan dan pertanian saja)
2.
Pengeluaran semakin meningkat (situasi politik
yang tidak stabil)
3.
Pemerintah tidak merancang keuangan sendiri
tapi justru yang merancang adalah Belanda
4.
Tidak bisa memanfaatkan SDA
Penanganan :
a.
Melaksanakan Indutrialisasi (pendirian pabrik
besar, semen, pemintalan dan percetakan
b.
Peningkatan produksi pangan, perbaikan sarana
dan prasarana
c.
Penanaman modal asing
Finek (Finansial Ekonomi), Finek yang diajukan Indonesia ke Belanda al:
·
Pembatalan persetujuan Finek hasil KMB
·
Hubungan Fineki Indonesia-Belanda adalah
hubungan Bilateral
·
Hubungan Finek atas dasar UU nasional
Usulan Finek tidak di setujui oleh Belanda, oleh karena itu Indonesian
membubarkan Uni Indonesia-Belanda
Selain Finek upaya Indonesia untuk memulihkan kondisi ekonomi yang
sulit adalah dengan pembentukan biro perancang negara (merancang pembangunan
jangka panjang)
Diwujudkan dalam RPLT tetapi susah dijalankan karena di Indonesia
terjadi ketegangan politik dengan cara diplomasi gagal yang akhirnya
memunculkan pemberontakan yang penumpasannya membutuhkan biaya tinggi
Comments
Post a Comment